17 September 2012

AZOLLA YANG JARANG DILIRIK

Oleh : Mahmud Efendi, A.Md (Penyuluh Perikanan Parakan)


Azolla Di Budidayakan Di Vietnam
Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman azolla (Azolla pinnata) untuk usaha pertanian dan perikanan. Padahal manfaat tanaman air yang satu cukup banyak. Selain bisa untuk pupuk dan media tanaman hias, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan. 
Azolla filiculoides yang banyak ditemui di Temanggung

Jual Beli Azolla di Vietnam

Di sekitar Temanggung, azolla yang kadang disebut dengan “ganggeng”, "mata lele", "mata air" sangat mudah ditemukan disawah pada saat bulan pertama penanaman padi. Bahkan di Vietnam dan India Azolla ini memang sengaja dikembangbiakan dan dibudidayakan untuk kemudian diperjualbelikan karena bisa dipakai untuk menjadi pupuk tanaman dan pakan ternak. Karena itu sangatlah sayang apabila Potensi azolla yang ada di temanggung ini tidak digunakan secara Maksimal.

Azolla Kesenangan Nila Di Mina Padi Kolam Dalam
             
Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina dan Vietnam sebagai sumber N bagi padi sawah. Azolla tumbuh secara alami di Asia, Amerika, dan Eropa.

Azolla mempunyai beberapa spesies, antara lain : Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.

Azolla biasa dan sering dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ha.
Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertum-buhan Azolla adalah 0,355 – 0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapangan). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla tersebut akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla tersebut ditumbuhkan. Dalam keadaan ini dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha berarti sama dengan 100 kg urea. Ditemukan juga bahwa Azolla tumbuh kembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.


Beberapa kegunaan Azolla untuk sektor pertanian dan perikanan antara lain :
Ø  Sumber N dapat mengganti pupuk urea sampai 100 kg
Ø  Pakan ternak/hijauan, terutama ayam dan itik
Ø  Pakan ikan
Ø  Menekan pertumbuhan gulma
Ø  Tanaman hias
Ø  Kontrol terhadap perkembangan nyamuk
Azolla Banyak Disawah Temanggung


A.   Pengganti Urea
Pemanfaatan azolla sebagai pupuk ini memang memungkinkan. Pasalnya, bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (azolla kering) mengandung unsur :
Ø  Nitrogen (N) 3 - 5 %
Ø  Phosphor (P) 0,5 - 0,9 %
Ø  Kalium (K) 2 - 4,5 %
Hara mikronya berupa
ü  Calsium (Ca) 0,4 - 1 %
                               ü  Magnesium (Mg) 0,5 - 0,6 %
                               ü  Ferum (Fe) 0,06 - 0,26 %
                               ü  Mangaan (Mn) 0,11 - 0,16 %
Dalam sumber lain disebutkan beberapa unsur yang ada di azolla adalah sebagai berikut :
No
Unsur Hara dalam Azolla
% / ppm
1
N
1.96-5.30 (%)
2
P
0.16-1.59      (%)
 3
                  K
0.31-5.97 (%)
4
Ca
0.45-1.70 (%)
5
Mg
0.22-0.66 (%)
6
S
0.22-0.73 (%)
7
Si
0.16-3.35 (%)
8
Na
0.16-1.31 (%)
9
Cl
0.62-0.90 (%)
10
Al
0.04-0.59 (%)
11
Fe
0.04-0.59 (%)
12
Mn
66 - 2944 (ppm)
13
Co
0.264 (ppm)
14
Zn
26 - 989 (ppm)





Berdasarkan komposisi kimia tersebut, azolla bisa digunakan sebagai pupuk untuk mempertahankan kesuburan tanah. Setiap hektar areal memerlukan azolla sejumlah 20 ton dalam bentuk segar, atau 6-7 ton berupa kompos (kadar air 15 persen) atau sekitar 1 ton dalam keadaan kering. Bila azolla diberikan secara rutin setiap musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk buatan lagi.
Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla mensubstitusikan 1/4 - 1/3 dosis pemupukan.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara dari 70 – 90%. N2-fiksasi yang
terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah.
Dibanding pupuk buatan, azolla memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga istimewa, karena azolla mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.
Penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar, bisa juga dalam bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam aneka jenis tanaman hias mulai dari bonsai, suplir, kaktus sampai mawar. Untuk media tanaman hias
. Selain digunakan secara langsung,  azolla ini juga bisa dijadikan kompos dengan cara dicampur pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3 : 1 : 1.
Untuk membuat kompos azolla, caranya cukup mudah. Buat saja lubang ukuran (Panjang x Lebar x Dalam = 3 x 2 x 2 meter). Kemudian azolla segar dimasukkan ke dalam lubang. Seminggu kemudian azolla dibongkar. Untuk mengurangi kadar air menjadi 15 persen, azolla yang sudah terfermentasi tersebut lantas dijemur. Setelah agak kering, baru dikemas dalam kantong plastik atau langsung digunakan sebagai media tanam.


B.           Azolla untuk Pakan Ternak dan Ikan
Azolla Dimakan Ayam

Selain untuk pupuk dan media tanam, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, khususnya itik dan beragam jenis ikan omnivora dan herbivora. Sebagai pakan ternak, kandungan gizi azolla cukup menjanjikan. Kandungan protein misalnya, mencapai 31,25 persen, lemak 7,5 persen, karbohidrat 6,5 persen, gula terlarut 3,5 56persen dan serat kasar 13 persen.

Bila digunakan untuk pakan itik, penggunaan azolla segar yang masih muda (umur 2 - 3 minggu) dicampur dengan ransum pakan itik. Berdasarkan hasil penelitian, campuran azolla 15 persen ke dalam ransum ini, terbukti tidak berpengaruh buruk pada itik. Maksudnya, itik tetap menyantap pakan campuran azolla ini dengan lahapnya. Produksi telur, berat telur dan konversi pakan juga tetap normal. Ini bearti penggunaan azolla bisa menekan 15 persen biaya pembelian pakan itik. Tentu saja hal ini cukup menguntungkan peternak karena bisa mengurangi biaya pembelian pakan itik.
Azolla Setelah Dikeringkan dicampur Untuk Pakan Ikan

Sama seperti untuk itik, bila akan dimanfaatkan untuk pakan ikan, azolla bisa diberikan secara langsung dalam keadaan segar. Boleh juga dengan mengolahnya terlebih dulu menjadi tepung. Tepung azolla ini, selanjutnya digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat pakan buatan (pelet) untuk ikan.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, dalam keadaan segar azolla bisa diberikan untuk pakan ikan gurami, tawes, nila dan karper. Dengan pemberian pakan berupa azolla, terbukti ikan tetap bisa tumbuh pesat. Tak kalah dengan ikan lainnya yang diberi pakan buatan berupa pelet.Di saat harga pupuk, pakan ternak dan ikan mahal seperti belakangan ini, tak ada salahnya bila azolla ini menjadi salah satu alternatif pilihan yang secara finansial cukup menguntungkan. Baik digunakan sendiri secara langsung atau untuk dibisniskan.

11 Juli 2012

LELE : PANGANAN nDESO GIZINE KUTHO


Oleh Mahmud Efendi, A.Md (Penyuluh Perikanan Kec. Parakan - Temanggung)






Ikan lele di Temanggung sudah tidak asing lagi. Kalau kita pergi kepasar ikan pasti banyak ditemui masyarakat yang tidak bosan-bosannya membeli ikan lele. Keberadaannya menjadi incaran banyak orang dari berbagai kalangan terutama menjelang hari raya dan acara keagamaan lainnya. Bahkan sampai ada anggapan “Rasanya Kurang Lengkap pada Hari Raya kalo tidak Makan Lele”. Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia). Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), ナマズ (Jepang) dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air. Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk dikonsumsi dengan berbagai macam produk olahan seperti : Pecel Lele, Abon Lele, Krupuk Kulit Lele dan Bakso Lele. Keberadaan Lele juga bisa berfungsi untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena bisa memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. Sehingga Lele juga bisa mengurangi resiko terjangkinyat DBD terutama pada musim hujan saat banyak genangan air. Karena Lele juga bisa memakan jentik-jentik nyamuk Aedes Aegepti yang berpotensi menyebarkan Penyakit Demam Berdarah. Seringkali lele juga ditaruh dan dikembangbiakan di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan dan memakan kotoran-kotoran. Dengan alasan ini mungkin tidak semua orang menyukai lele karena masih beranggapan ikan lele menyukai makanan busuk yang berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus. Padahal sekarang sudah banyak Cara Budidaya Ikan Lele yang Baik dan Higienis dengan menggunakan Media Terpal dan Kolam Beton/Semen. Makanannya pun sudah berupa Pakan Buatan (Pellet) yang dibuat secara Higienis dan kandungan bahan Pakannya juga berprotein tinggi (rata-rata diatas 30 %, tergantung Merk dagangnya). Dan apabila kita masih meragukan asal Lele dari tempat yang kotor sebetulnya kita juga bisa memberoknya terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Diberok itu maksudnya lele dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dan tidak dikasih pellet, sehingga kotoran-kotoran yang ada ditubuhnya bisa keluar dan kita bisa mengkonsumsinya secara aman. Selain ikan Lele sudah mulai dibudidayakan ditempat yang higienis, ikan ini juga memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Pada Ikan Lele budidaya 1 fillet (141.5g) yang dimasak dengan menggunakan air 5 OZ (+/- 140 ml air) bisa mengandung :
  Kalori: 217
  Protein: 26.7g
  Karbohidrat: 0.0g
 Total Fat: 11.5g
 Fiber: 0.0g
  Selenium (20.7mcg),
 Vitamin B12 (4mcg)
  Kalium (459mg)
  Niacin (3.6mg)
Pada 100 gram ikan lele yang berasal dari penangkapan perairan umum ketika dimasak mengandung beberapa unsur penting yang diperlukan tubuh, seperti :
0,333 gram asam lemak omega-3, berasal dari EPA (0.1g),
DHA (0.137g),
dan ALA (0.096g).
Dan kandungan pada 100 gram lele hasil budidaya bisa memberikan :
0,259 gram asam lemak omega-3, berasal dari EPA (0.049g),
DHA (0,128),
dan ALA (0.082g)
sumber: http://www.mothernature.com/Library
Kandungan gizi yang terkandung pada lele ini memiliki peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh dan apabila jenis gizi tersebut tidak terpenuhi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Berikut nilai dan kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram ikan lele:



Hal-hal diatas bisa dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :
1. Sumber energi Ikan lele bisa menjadi sumber energi yang baik. Apabila kita kekurangan sumber energi maka dapat membuat tubuh lemas dan mengakibatkan akivitas kita bisa terhenti sehingga menjadi tidak produktif.
2. Protein Ikan Lele banyak mengandung Protein, apabila kita kekurangan protein bisa menyebabkan kerontokan rambut, kuku yang tidak sehat, serta gangguan pertumbuhan.
3. Lemak Lemak merupakan sumber asam lemak esensial. Pada lelepun juga ada kandungan lemaknya, yang apabila kita kekurangan lemak dapat menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, hati, dan ginjal.
4. Kalsium (Ca) Kalsium banyak terdapat pada ikan , termasuk juga ikan lele, apabila kita kekurangan kalsium (Ca) dapat menyebabkan pelunakan tulang dan pertumbuhan tulang yang tidak sempurna.
5. Fosfor (P) Kekurangan fosfor dapat menyebabkan radang gusi dan kerusakan gigi. Fosfor juga mempengaruhi pertumbuhan tulang. Ikan lelepun ada kandungan Fospornya
6. Zat besi (Fe) Zat besi pun bisa kita penuhi dengan mengkonsumsi lele. Karena apabila kita kekurangan zat besi dapat mngakitbatkan penyakit anemia. Ciri-ciri orang yang kekurangan zat besi adalah pusing, suhu tubuh dingin, mudah keletihan, tidak bergairah dan pucat.
7. Natrium Hal yang terjadi pada tubuh yang kurangan natrium adalah volume darah menurun yang membuat tekanan darah menurun, pusing, kadang disertai dengan kram otot, lemas, lelah, dan kehilangan selera makan. Hal ini bisa kita hindari dengan semakin banyak mengkonsumsi lele.
8. Tiamin (B1) Tiamin merupakan suatu koenzim. Kekurangan tiamin (Vit B1) dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tepi atau lesi pada saraf pusat dan dapat mengakibatkan penyakit beri-beri. Karena itu kita juga bisa terhindar dari penyakit ini apabila sering menkonsumsi lele.
9. Riboflavin (B2) Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan lesi pada mulut, bibir dan lidah. Bisa dijamin apabila kita mengkonsumsi lele akan terhindar dari hal seperti diatas.
10. Niasin Kekurangan niasin dapat menyebabkan sindrom defisiensi pelagra yang ditandai dengan penurunan berat badan, gangguan pencernaan, dermatitis serta depresi.
Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa tubuh manusia membutuhkan zat-zat yang terkandung pada ikan lele. Meskipun ikan lele hidup ditempat yang terkadang masih kita anggap kotor, namun ikan lele memiliki kandungan gizi yang baik. Ikan lele tidak memiliki sisik, memudahkan pengolahan ikan lele agar layak untuk dikonsumsi. Belakangan ini sudah banyak ditemukan pedagang ikan lele yang telah mengolah ikan lele dengan baik, sehingga rasa ikan lele menjadi gurih dan enak. Bahkan ditemanggung pun sudah banyak ditemukan produk Olahan Ikan Lele ini, seperti : Abon dan Kripik Kulit Lele “Clarias” Dangkel, Snack/Kripik Lele “Cempaka Rasa Traji, Kerak Lele dan lain sebagainya.

Jadi dengan beberapa kelebihan Ikan lele yang dapat bertahan hidup lebih lama, perkembangbiakan ikan lele yang mudah dibudidayakan, kandungan gizi yang tinggi, rasa ikan lele yang enak serta dapat diolah dengan berbagai macam produk olahan seharusnya dapat menjadikan lele sebagai daya tarik tersendiri untuk dibisniskan dan dibudidayakan. Sehingga dengan kandungan gizinya yang tinggi, yang kebanyakan masyarakat beranggapan seolah-olah pemenuhan gizi yang tinggi harus kita beli dari masakan-masakan instant yang ada di kota, tak berlebihan apabila kita mengatakan Ikan Lele sebagai “PANGANAN nDESO GIZINE KUTHO”. Atau dengan Potensi Lele yang mudah dibudidayakan dan mempunyai nilai jual yang tinggi serta harga yang relatif stabil dibanding harga daging lainnya, tak salah juga kalo nantinya kita bisa menjadikan lele sebagai “PRODUK nDESO REZEKINE KUTHO”.

11 Juni 2012

PAKAN ALAMI SPIRULINA


Oleh : Mahmud Efendi, A.Md (Penyuluh Perikanan Parakan) Pakan alami sangat dibutuhkan oleh benih ikan untuk melangsungkan hidupnya. Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan/ mempertahankan hidupnya dan kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan adalah pakan buatan. Sebagai pakan benih ikan, jenis pakan buatan mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap, sehingga ikan cenderung lebih menyukai pakan alami. Selain itu tidak membahayakan pemangsa. Kebutuhan pakan alami ini semakin sulit terpenuhi, karena pembudidaya ikan belum memahami teknik kultur pakan alami. Oleh karena itu baru beberapa pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami. Berbeda dengan pakan buatan yang lebih praktis dan mudah pengerjaannya, sehingga banyak pembudidaya ikan menggunakannya meskipun sebenarnya kurang baik atau sering membahayakan untuk pembenihan larva udang maupun ikan. Kelemahan pakan buatan adalah kurang menarik pemangsa karena lama-lama tidak mengambang/melayang di air. Disamping itu apabila tidak habis dapat membahayakan ikan dan udang peliharaan, serta perairan menjadi tercemar. Kultur pakan alami Spirulina dapat dilakukan oleh para pembudidaya dengan mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Pengembangan pakan alami mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya karena mikroalga mudah dikultur, ukuran sesuai mulut larva/ikan pemangsa, pergerakan mampu memberikan rangsangan bagi pemangsa untuk memakannya, mampu berkembang biak dengan cepat dalam waktu relatif singkat sehingga ketersediaannya dapat terjamin sepanjang waktu. a.Kandungan Spirulina Spirulina merupakan mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami benih ikan. Alga ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein yang bisa mencapai 70 % dari berat keringnya sehingga dapat menjadi alternatif bagi makanan kesehatan. Dalam dunia perikanan, mikroalga ini telah banyak dijual dalam bentuk tepung dan produk-produk makanan olahan. Tepung seperti ini sudah diproduksi secara komersial di California, Israel, Jepang, Taiwan dan juga Mexico. Spirulina merupakan : Ë Mikroalga hijau kebiruan Ë Sel berkoloni dan membentuk filamen terpilin yang menyerupai spiral/helig Ë Mengandung berbagai zat gizi seperti:  Protein dapat mencapai 72 %  Lipid 8%  Karbohidrat 16%  Vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin  Kandungan asam amino yang cukup seimbang.  Mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk. Spirulina adalah alga hijau biru yang berbentuk spiral yang memiliki panjang sel adalah 300-500 mikron atau sekitar ½ milimeter, sehingga tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Spirulina dapat hidup di kolam yang hangat dan sedikit mengandung garam. Dia tumbuh sangat cepat dan merupakan salah satu penghasil oksigen di planet ini. Tumbuhan satu sel yang sangat sederhana ini adalah satu komponen utama dari rantai makanan dan kehidupan di planet ini. Sebagai makanan sehat yang seimbang, spirulina berfungsi untuk mencegah penyakit dan mempercepat penyembuhan. Spirulina bersifat sangat alkali sehingga dapat membantu memperbaiki keseimbangan pH basa pada sel tubuh. Dalam sebuah referensi dinyatakan bahwa ganggang spirulina memiliki kandungan Nutrisi dengan komposisi sebagai berikut : • 60 – 70% Protein • 20 – 25% Karbohidrat • 3 – 5% Lemak • 5 – 8% Mineral dan Vitamin • 2 – 5% Air Pigmen Spirulina menyediakan semua asam amino yang diperlukan tubuh dan dalam bentuk tersebut 5 kali lebih mudah untuk dicerna dibanding dengan protein kedelai. Spirulina mengandung 8 asam amino essensial dan 10 asam amino non essensial. Spirulina mengandung lipopolisakarida sebesar 1,5% bobot keringnya, kandungan lipopolisakarida inilah yang menjadikan Spirulina digunakan sebagai immunostimulan yang potensial dalam meningkatkan respon kekebalan tubuh pada ikan. Dinding Spirulina kaya akan muco-protein meningkatkan lapisan mukus pada kulit ikan yang menyebabkan sirip ikan lebih sehat, meningkatkan resistensi/ peradangan kulit terhadap serangan penyakit. b. Spirulina Untuk Ikan Hias Manfaat lain dari mikroalga Spirulina adalah sebagai pakan zooplankton/ larva udang atau ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Di Jepang Spirulina diberikan pada ikan mas koki dan ikan hias lainnya untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina skala massal yang dilakukan oleh pembudidaya ikan untuk kepentingan pakan alami. Menurut Prof Nyoman Kabinwa, periset spirulina, perairan Indonesia meliputi perairan tawar, payau, dan laut berpotensial untuk pengembangan ganggang hijau biru. Manfaat penambahan spirulina pada makanan ikan adalah mencerahkan warna ikan, menaikan pertumbuhan rata-rata. Sementara bagi ikan konsumsi sprirulina berpengaruh pada bau dari ikan tersebut, Ikan memberikan respon kepada rasa spirulina dan membuat ikan lebih berdaging. Ikan akan tumbuh lebih cepat, rasanya lebih enak, dan mencegah penyakit. Pada spesies ikan tropis, spirulina merupakan bagian yang penting dalam kandungan makanan. Lima manfaat spirulina untuk kesehatan ikan adalah sebagai berikut: 1. Spirulina mengandung vitamin dan mineral. 2. Spirulina kaya akan muco protein baik untuk kesehatan kulit. 3. Kandungan phycocyanin yang dapat mengurangi obesitas dan membuat ikan menjadi lebih sehat. 4. Kandungan asam lemak yang berguna untuk pertumbuhan organ. 5. Spirulina mengandung zat pewarna natural seperti carotenoids. Dengan memberi spirulina, ikan tropis akan menjadi lebih indah, sehat, dan dapat hidup lebih lama. Pada ikan koi, yang kaya akan warna, Seringkali dijumpai makanan koi dengan label “Spirulina Added”. Spirulina menjadi sesuatu yang tidak asing lagi bagi penggemar koi. Spirulina merupakan ganggang biru-hijau yang memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kecemerlangan pada ikan. . Contoh Produk Pakan Koi yang mengandung spirulina Spirulina merupakan ganggang biru-hijau yang memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kecemerlangan pada ikan Koi, karena itu lazim dipakai sebagai tambahan makanan ikan Koi. Sampai sekarang Spirulina menjadi suplemen utama dalam makanan penambah waena pada ikan Koi. Kecemerlangan dan ketebalan warna Ikan Koi dipengaruhi oleh jumlah sel-sel pigmen warna yang berada dibawah kulit ikan Koi. Jumlah sel-sel ini akan berubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang mengandung zat-zat warna ini akan membantu mencemerlangkan dan mencerahkan warna ikan Koi. Selain makanan faktor lingkungan seperti air kolam koi juga ikut mempengaruhi kecemerlangan dan kecerahan warna koi. Sampai sekarang Spirulina menjadi suplemen utama dalam makanan penambah kecerahan warna pada ikan. Pada Kecemerlangan dan ketebalan warna Ikan Koi dipengaruhi oleh jumlah sel-sel pigmen warna yang berada dibawah kulit ikan Koi. Jumlah sel-sel ini akan berubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang mengandung zat-zat warna ini akan membantu mencemerlangkan dan mencerahkan warna ikan Koi. Semestinya hal ini juga berlaku pada jenis ikan hias lainnya, misalnya pada cupang hias. c.Kultur Spirulina Mikroalga bersel silindris dengan dinding selnya yang tipis ini memiliki potensi pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi. Mikroalga Spirulina dapat mudah dikembangkan dengan lebih cepat dan praktis. Pengembangan dilakukan menurut dimensi volume, berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi yang saat ini masih dikembangkan dalam dimensi luas. Pemanfaatan luas lahan yang sama, dapat memberikan efisiensi yang lebih besar bagi pembudidayaan mikroalga. Selain itu dengan daur hidupnya yang pendek mikroalga Spirulina mampu berkembang biak dalam waktu yang singkat, dapat dipanen sekitar 3-7 hari setelah inokulasi. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi, misalnya padi paling cepat membutuhkan waktu sekitar 100 hari untuk dapat dipanen. Kultur Spirulina dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi atau pembuatan stok murni diruang alga. Sedangkan perbanyakan kultur Spirulina skala laboratriun dilakukan di Laboratorium Biologi. Dan kultur skala semi massal dan massal dilakukan oleh para pembudidaya. Kultur dilakukan secara bertahap :  Dimulai dari kultur skala laboratorium volume 500-1000 ml dengan pemberian bibit Spirulina sebanyak 1/3 dari air media.  Setelah bibit (inokulan) dimasukkan ke dalam botol kultur yang berisi air media, diberi aerasi (udara) agar Spirulina dapat berkembang dengan cepat. Suhu ruangan diusahakan stabil sekitar 230C-240C.  Sebagai sumber cahaya untuk berlangsungnya fotosintesis digunakan lampu TL-40 watt dengan intenitas cahaya 3.000-4.500 lux.  Penggantian air media dilakukan 4-5 hari sekali. Yaitu dimana Spirulina sedang dalam masa pertumbuhan, ditandai secara visual dengan warna air yang sesuai dengan pigmentasi sel Spirulina yang dikultur.  Kultur skala laboratorium dilakukan secara bertahap hingga volume 2-5 Liter. Tahapan ini juga bisa dimulai dari kultur skala semi massal mulai dari volume 20 liter hingga 100 liter.  Wadah I terbuat dari ember berukuran 25 liter dan wadah II terbuat dari bak plastik berukuran 120 liter.  Air yang digunakan untuk kultur harus disterilisasi dulu dengan cara air yang akan digunakan disaring sebelumnya dengan screen, laku ditambahkan chlorin 60 mg/ L selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat 20 mg/ L untuk menghilangkan sisa-sisa chlorin dalam air hingga bau chlorin hilang.  Air steril dimasukan pada wadah I, kemudian di masukan inokulum sekitar 1 / 20 bagian dari total volume atau untuk 20 liter air datambahkan sekitar 4 liter Spirulina.  Inokulum dipupuk Menggunakan media CFTR (2) yakni berasal dari komposisi NPK (17:17:17 atau 15:15:15) 1.000 mg, TSP 100 mg, MgSO4 50 mg. NaHCO3 4000 mg.  Pencahayaan hanya mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Pada keadaan tertentu dimana cahaya matahari kurang memadai, dapat menggunakan lampu TL atau lampu sorot.  Aerasi dijaga jangan sampai mati, karena hal itu akan menghambat pertumbuhan Spirulina dan dapat menyebabkan kematian.