( Ditemukan Oleh : Bpk Agus Tiyoso, PemBudidaya Tubifex sp Kab. Temanggung)
Ditulis dan Dalam Pembinaan : Mahmud Efendi,S.Tr.Pi. Penyuluh Perikanan Parakan
UNTUK PELATIHAN SEMENTARA KAMI HANYA MENERIMA UNTUK PERMINTAAN KELOMPOK/INSTITUSI UNTUK MEMPERMUDAH MONEV
A. Pendahuluan
Tehnologi
perikanan belakangan ini telah berhasil memijahkan beberapa jenis ikan
baik ikan hias ataupun ikan konsumsi dengan pemijahan alami ataupun
buatan, akan tetapi keberhasilan dalam pemijahan larva ini tidak diikuti
oleh keberhasilan dalam pengembangan teknologi pemeliharaan larva, yang
ditandai dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi. Padahal usaha
budidaya ikan dan udang semakin giat dilaksanakan baik secara intesif
maupun secara ekstensif. Salah satu penyebab rendahnya SR (Survival Rates/Tingkat Kehidupan) larva adalah masih rendahnya penguasaan teknologi penyediaan pakan, khususnya pakan alami.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, salah satu alternatif pemecahannya adalah
mencari pakan alami yang lebih murah untuk menekan biaya akan tetapi
nilai nutrisinya lebih lengkap. Penggunaan pakan
alami untuk budidaya ikan memiliki beberapa keuntungan selain harganya
yang lebih murah juga tidak mudah busuk sehingga dapat mengurangi
pencemaran kualitas air, lebih mendekati pada kebutuhan biologis ikan
karena merupakan jasad hidup dan mempunyai kandungan gizi yang lebih
lengkap jika dibandingkan dengan pakan buatan.
Salah
satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal
dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih
ikan yang sudah bisa memakan pakan alami. Cacing sutra ini biasanya
diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air karena lebih
sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai,
dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuanya
beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa dipelihara di
perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan
tercemar sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan
nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan.
Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutra (Tubifex sp) menjadi
primadona pakan
alami bagi dunia pembenihan. Namun ketersediaan pakan alami berupa
cacing sutra masih tergantung pada kondisi alam sehingga dalam waktu –
waktu tertentu sulit diperoleh
Pengembangan
pakan alami cacing sutra masih tergolong tradisional. Sebagian besar
pemenuhan kebutuhan akan cacing sutra didapat dari alam. Hal tersebut
dikarenakan teknologi budidaya dari cacing sutra ini belum berkembang
dengan baik, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam. Proses
pengambilan cacing sutra dari alam membutuhkan penanganan
khusus dan ketelatenan agar didapatkan cacing yang tahan dan dapat
hidup di luar habitatnya hingga dapat didistribusaikan kepada konsumen.
Kandungan gizi cacing sutra cukup baik bagi pakan ikan yaitu berupa protein (57 %), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %). Kandungan nutrisi cacing sutra tidak kalah dibanding pakan ikan alami lainya seperti Infusoria, Chalama domunas, Kotioero Monas .sp, Artemia .sp (Khairuman et al., 2008)
B. Budidaya Dengan Tray/Nampan Plastik
Budidaya
cacing sutra dengan Tray/Nampan terhitung baru dilakukan. Sistem
budidaya dengan menggunakan nampan ini baru ditemukan beberapa waktu
yang lalu oleh pembudidaya cacing sutra, Bapak Agus Tiyoso. Pembudidaya tubifex sp yang
beralamat di Kabupaten Temanggung ini menemukan
ide budidaya dengan sistem tray ketika ada temannya bertamu dan lagi
membicarakan cara budidaya cacing rambut. Ketika istrinya mau
menyuguhkan minuman yang dibawa dengan nampan, saat itulah terbersit ide untuk menggunakan nampan dalam berbudidaya “Si Emas Merah Berambut” ini.
Budidaya cacing sutra dengan menggunakan media nampan/tray ini bisa menggunakan System SCRS( Semi Closed Resirculating System).
Sistem SCRS ini sebetulnya bukan hal baru pada sistem pembesaran pada
budidaya udang. Sistem ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan
kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya udang. Pengisian air baru dari luar sistem hanya dilakukan untuk mengganti air yang susut/berkurang akibat kebocoran ataupun evaporasi.
Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
1) Lebih hemat dalam penggunaan air.
Air
yang sudah melewati susunan media pada nampan/tray ditampung dengan
wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke
media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab.
2) Menghemat Penggunaan Probiotik dan Obat-obatan lainnya.
Probiotik
dan obat-obatan yang dicampur pada media tumbuh/substrat budidaya
cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang dengan percuma ke
perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada wadah bagian bawah
wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara dialirkan ke
media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab.
3) Budidaya
cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas,
karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung bisa juga
dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat
lainnya.
Agar kapasitas produksinya bisa maksimal ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya tubifex sp dengan sistem tray/nampan ini, yaitu :
Ø Nampan
diusahakan agar yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah
ada dimedia tidak mesti mengulang dari awal budidaya yang biasanya
membutuhkan waktu 50 – 57 hari mulai dari awal sampai dengan panen.
Ø Kayu
balok dan reng bambu yang dipakai juga diusahakan agar kwalitasnya juga
bagus untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti
patah/roboh akibat kayu/reng bambunya patah atau gampang rapuh.
Ø Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan rangka yang ada
Ø Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak produksi cacing sutra yang akan dihasilkan
Produksi cacing sutra dengan media nampan, menurut informasi Bapak Agus Tiyoso Penemu Budidaya cacing sutra dengan media nampan ini,
bisa mencapai 1 gelas/nampan dengan siklus panen sesudah masa panen
perdana bisa 5 – 10 sehari sekali. Dengan asumsi 1 gelas = 250 ml, maka
apabila kita bisa memanen 10 nampan/hari maka produksinya akan mencapai
2,5 liter/hari. Terkadang panennya bisa mencapai 15 – 20 nampan/hari.
Jika dikalikan dengan Rp. 15.000,00 rupiah maka penghasilan dalam sehari
bisa mencapai Rp. 37.500,00. Tentu saja penghasilannya bisa lebih dari
itu apabila jumlah cacing sutra dalam nampan yang dipanen lebih dari 10
nampan. Jadi semakin banyak nampan yang dibuat dengan semakin banyak
rak-rak budidaya cacing sutra yang dibuat maka kapasitas produksi yang
ingin dicapai pun bisa semakin meningkat.
C. Analisa Usaha
Sebuah analisis usaha sangatlah penting untuk mengetahui kelayakan suatu usaha apakah bisa mendapatkan keuntungan yang layak atau tidak. Langkah pertama untuk menganalisa suatu usaha adalah menentukan biaya produksi kemudiabiaya
produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan usaha.
Biaya produksi dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu
musim produksi, sedangkan biaya variable merupakan biaya yang habis
dalam satu musim produksi. Analisis finansial sangat dibutuhkan dalam
usaha apapun untuk mengetahui tingkat efisiensi, serta tingkat
keberhasilan usaha dan layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan.
Usaha budidaya cacing sutra dengan nampan ini sangat menjanjikan. Bayangkan hanya dengan 100 buah dan biaya produksi Rp 3.508.250,- setahun bisa menghasilkan pendapatan dari penjualan cacing sutra setahun yang mencapai Rp 11.625.000,-.Berarti bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 8.116.750,-/ 1 rangkaian rak. Penghasilan dalam 1 bulan hanya dengan 1 rangkaian rak nampan yang berisi 100 nampan besar adalah Rp 676.396,- Apabila kita mempunyai 10 rangkaian rak nampan besar maka keuntungan pertahun yang bisa didapat adalah sekitar Rp 81.167.500,-, dan penghasilan/bulannya bisa mencapai Rp 6.763.960,-
sebuah penghasilan yang tinggi untuk ukuran sekarang. Apalagi dengan
berbudidaya cacing sutra dengan nampan ini tidak membutuhkan lahan yang
terlalu luas dan bisa juga di pekarangan atau sekatan rumah kita.
Berdasarkan
nilai pendapatan dan biaya produksi, didapatkan nilai rationya 3,31.
R/C rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- biaya yang
dikeluarkan untuk usaha budidaya cacing sutra dengan media kolam semen
ini akan memperoleh penghasilan Rp. 3,31,-.
ntuk
lebih jelasnya bisa melihat tabel analisa usaha tahunan budidaya cacing
sutra dengan menggunakan nampan besar adalah sebagai berikut :
Info Tambahan :
Pada
hari Kamis, 27 Juni 2013 sudah ada kunjungan dari teman-teman semarang.
Mereka adalah : Bapak Budi Kuncoro, S.Pi, dari Gunung Pati, Semarang
Bpk Danar H, Jln. Pleburan Barat no 24 Semarang
Bpk Dadang M, Jln Kertanegara V/27 Semarang
Respon
teman-teman dari semarang positif sekali dan berencana untuk
mengembangkan Budidaya Cacing Sutra di Kampung sekitar mereka. Kelebihan
dari Budidaya Cacing dengan media nampan ini diantaranya adalah bisa
juga dikembangkan didaerah perkotaan dan juga bisa ramah lingkungan.
Bagi
anda yang belum tahu seputar budidaya cacing sutra ini silahkan
menghubungi kami di : http://www.facebook.com/mahmud.efendi.77 atau klik
saja : www.mahmudsmadawangi.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA :
Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008. Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka