02 April 2019

MENGENAL BUDIDAYA LELE SISTIM BIOFLOC


Oleh : Mahmud Efendi, S.Tr.Pi. (Penyuluh Perikanan Temanggung)


Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) di Indonesia semakin terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan produk perikanan yang kian hari semakin meningkat. Karenanya penerapan sistem budidaya intensif yang  ramah lingkungan sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi perikanan termasuk didalamnya ikan lele.  Sebagaimana diketahui permasalahan utama dalam akuakultur selama ini adalah pemanfaatan pakan dan obat-obatan yang relatif tinggi sehingga berpotensi menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Tuntutan Best Aquaculture Practices (BAP) dalam sertifikasi produk akuakultur yang akan diekspor mensyaratkan usaha tersebut haruslah ramah lingkungan. Sehingga perkembangan teknologi akuakultur saat ini difokuskan pada pemecahan masalah tersebut. Salah satu tehnologi terbaru dalam meningkatkan produksi ikan termasuk ikan lele adalah Sistem Budidaya Lele dengan Biofloc. Teknologi Budidaya Lele Biofloc pada dasarnya  adalah pemanfaatan bakteri pembentuk floc (Flocs Forming Bacteria) untuk pengolahan limbah.
Widyawisata Ke Kolam Lele Biofloc KMP Purwomartani Sleman
Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam mengalasi masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara konvensional. Prinsip utama yang diterapkan dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang didasarkan pada kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat di dalam air.
Biofloc merupakan flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air.  Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk flok. Aplikasi BFT (Bio Floc Technology) banyak diaplikasikan disistem pengolahan air limbah industri dan mulai diterapkan di sistem pengolahan air media akuakultur.     

Mengenal Istilah Biofloc
Biofloc berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Floc “gumpalan”. Sehingga biofloc dapat diartikan sebagai bahan organik hidup yang menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan tersebut terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi, protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang tersuspensi dengan detritus. Ada yang bilang bahwa biofloc adalah suatu bentuk ikatan oleh mikroorganisme pada saat tumbuh dimana aktivitas pengikatan ini tergantung pada jenis mikroorganismenya.

Lokasi Kolam Lele Biofloc


Bioflok atau Flok merupakan istilah bahasa slang dari istilah bahasa baku “Activated Sludge” (“Lumpur Aktif”) yang diadopsi dari proses pengolahan biologis air limbah (biological waste water treatment ). Investigasi pertama terhadap penerapan Biofloc/activated sludge adalah sejak tahun 1941 pada pengolahan air limbah di Amerika. Hal ini dilakukan untuk mensubtitusi penggunaan plankton pada tahap treatment biologi yang dinilai lamban dalam uptake nutrien dan oksidasi nitrogen (ammonia, nitrit ) serta ketidakstabilannya dalam proses pengolahannya. Penerapan BFT ( Bio Floc Technology ) mulai digunakan menggantikan sistem RAS ( Recirculating Aquaculture System ) yang menggunakan pengenceran air yang banyak untuk pengenceran plankton.
Sistem biofloc dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok terdapat proses siklus “auto pemurnian air” (self purifier) yang akan merubah sisa pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit penyakit dari luar dapat diminimalkan. Sistem biofloc lebih stabil dibandingkan dengan system probiotik biasa dikarenakan biofloc merupakan bakteri yang tidak berdiri sendiri, melainkan berbentuk floc atau kumpulan beberapa bakteri pembentuk floc yang saling bersinergi. Sedangkan system probiotik biasa bakteri yang ada dikolam merupakan sel-sel bakteri yang berdiri sendiri secara terpisah di air, sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain maka bakteri akan cepat kolaps. 

 Penggunaan Bakteri Pada Sistem Bioflok     
Tidak semua jenis bakteri dapat membentuk bioflocs dalam air, seperti dari genera Bacillus hanya dua spesies yang mampu membentuk bioflocs. Salah satu ciri khas bakteri pembentuk bioflocs adalah kemampuannya untuk mensintesa senyawa Poli hidroksi alkanoat ( PHA ), terutama yang spesifik seperti poli βhidroksi butirat. Senyawa ini diperlukan sebagai bahan polimer untuk pembentukan ikatan polimer antara substansi substansi pembentuk bioflocs.  Bioflocs terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan selulosa, partikel anorganik berupa kristal garam kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri, protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton.
Bakteri yang mampu membentuk bioflocs diantaranya adalah :
-              Zooglea ramigera
-              Escherichia intermedia
-              Paracolobacterium aerogenoids
-              Bacillus subtilis
-              Bacillus cereus
-              Flavobacterium
-              Pseudomonas alcaligenes
-              Sphaerotillus natans
-              Tetrad dan Tricoda         
Pemantauan Perkembangan Lele Biofloc

Indikator Keberhasilan Pembentukan Biofloc
Biofloc terbentuk, jika secara visual di dapat warna air kolam coklat muda (krem) berupa gumpalan yang bergerak bersama arus air. pH air cenderung di kisaran 7 (7,2-7,8) dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya kecil yaitu (0,02-0,2). Mulai terjadi penaikan dan penurunan yang dinamis nilai NH4+, ion NO2 dan ion NO3 sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi dan Denitrifikasi. Untuk 30 hari pertama budidaya/ Day Of Culture (DOC) merupakan masa krusial bagi tahap pembentukan Bioflocs. Penerapan “minimal water exchange”/Penggantian Air yang minimal, pada fase ini sangat menentukan. Lebih baik menghindari penggantian air dalam jumlah besar pada masa ini. Penambahan air hanya untuk penggantian susut karena penguapan dan perembesan saja. Atau menambah secara perlahan ketinggian air dari awal tebar 120 cm menjadi 150 cm secara bertahap  selama 30 hari.  

Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Sistem Biofloc
  1. Bahan organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan selalu teraduk.
  2. Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat dimakan langsung oleh udang dan ikan.
  3. Perlu disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) secara kontinue atau sesuai dgn amonia dalam air • Oksigen harus cukup serta alkalinitas dan pH harus terus dijaga

Kelebihan Sistim Bioflok
1.      pH relatif stabil pH 7 - pH 7,8 
2.      pH nya cenderung rendah, sehingga kandungan amoniak (NH3) relatif kecil. 
3.      Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah. 
4.      Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga. 
5.      Limbah kolam (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi 
6.      Lebih ramah lingkungan.

Kekurangan Sistim Bioflok
  1. Tidak bisa diterapkan pada kolam yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit pergantian air.
  2. Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen.
  3. Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari).
  4. Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus Nitrit dan Amonia.
  5. Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.
  6. Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar padat (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE).
  7. Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen (BOD tinggi).
  8. Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur. Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan.
Pemantauan Perkembangan Ikan Lele Biofloc

Pengembangan Lele Biofloc di Kabupaten Temanggung.
Pengembangan Budidaya Lele model ini diharapkan bisa meningkatkan pengelolaan potensi perikanan ikan air tawar di Kabupaten Temanggung termasuk ikan lele. Diharapkan juga kesukaan masyarakat terhadap konsumsi ikan bisa meningkat karena adanya sistem budidaya bio floc menjadi alasan tepat untuk memulai alternatif pengembangan budidaya lele model ini. Karena pengembangan model ini akan mempercepat perkembangan budidaya ikan lele. Sehingga diharapkan konsumen/pembeli akan lebih mudah mendapatkan hasil produksi secara kontinyu dan sesuai kebutuhan. Kedepannya bisa tercipta menjadi satu kawasan budidaya perikanan yang terintegrasi dan diharapkan nantinya akan memicu pergerakan ekonomi lokal. Apalagi dengan pengenalan lele sistem bioflok ini akan  turut mendongkrak citra ikan lele  yang mulai disukai masyarakat karena menggunakan sistem yang ramah lingkungan dan lebih higienis.
Dalam rangka mendukung realisasi pengembangan lele bioflok di Kabupaten ini Bidang Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan melalui Dana Alokasi Khusus dan dari Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan upaya pemberian dukungan usaha pengembangan Lele Biofloc ini sejak tahun 2017. Dukungan pengembangan usaha lele bioflok berupa Paket  Pembuatan Kolam Bundar Lele Biofloc, Penutup/green house, Benih Ikan Lele dan Pakannya serta Sarana dan Prasarana Pendukung Budidaya Lele Biofloc seperti Timbangan, probiotik dan Garam Krosok. Bahkan ada juga yang difasilitasi dengan dukungan peralatan pembuatan pakan mandiri.
Berikut daftar nama beberapa Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Instansi yang telah menerima dan menerapkan Program Lele Biofloc disekitar Kabupaten Temanggung. Walaupun masih pada tahap belajar dan perlu pendampingan lebih lanjut dari Instansi Terkait dan Para Penyuluh Perikanan.
No
Institusi/Kelompok Pengelola
Alamat
Tahun Perolehan
1
Ponpes Darul Muttaqin
Bolong- Ngaditirto - Selopampang
2017
2
Ponpes Anwarush Sholihin
Prapak - Kranggan
2017
3
Mina Gemilang
Wonokerso – Tembarak
2018
4
Adi Mina
Pendowo – Kranggan
2018
5
Mina Ngudi Rejeki
Klepu - Pringsurat
2018
6
Mina Akur Sari
Muntung – Candiroto
2018
7
Mina Baabus Salam
Campursalam – Parakan
2018
8
Mina Sumber Rejeki
Caturanom – Parakan
2018

Penyuluhan Perikanan di Kolam Lele Biofloc DAK Disnakan Temanggung
Tahun 2018

Fasilitasi dan Pengembangan sistem budidaya lele biofloc ini diharapkan akan menjadi faktor pengungkit ekonomi masyarakat di Temanggung. Diharapkan juga sistem model ini bisa menyokong ketahanan pangan masyarakat melalui peningkatan konsumsi ikan. Karena saat ini tingkat konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Temanggung pada Tahun 2017 masih tergolong rendah yang berkisar 19,7 kg/kapita/tahun. Tingkat Konsumsi Ikan ini berada dibawah Propinsi yang pada tahun 2017 sudah mencapai 26,71 kg/kapita/tahun dan jauh ketinggalan dari Tingkat Konsumsi Ikan Nasional yang sudah berkisar pada 47 kg/kapita/tahun. Semoga dengan sistem ini diharapkan bisa semakin membuat masyarakat Temanggung senang dan hobby mengkonsumsi Ikan. Sehingga efek kedepannya bisa meningkatkan kesehatan dan kecerdasan generasi kita dengan banyak mengkonsumsi ikan. Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apabila ada yang kurang jelas Silahkan tulis komentar anda....
Silahkan Baca Artikel saya secara Lengkap sampai kebawah .....
Maaf sementara kami belum bisa memenuhi pesanan Bibit Belut dll