Oleh : Mahmud Efendi, S.Tr.Pi. (Penyuluh Perikanan Temanggung)
Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) di Indonesia semakin terus
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan produk perikanan yang kian
hari semakin meningkat. Karenanya penerapan sistem budidaya intensif yang ramah lingkungan sangat diperlukan untuk
meningkatkan produksi perikanan termasuk didalamnya ikan lele. Sebagaimana
diketahui permasalahan utama dalam akuakultur selama ini adalah pemanfaatan
pakan dan obat-obatan yang relatif tinggi sehingga berpotensi menjadi salah
satu penyebab pencemaran lingkungan. Tuntutan Best Aquaculture Practices (BAP) dalam sertifikasi produk
akuakultur yang akan diekspor mensyaratkan usaha tersebut haruslah ramah
lingkungan. Sehingga perkembangan teknologi akuakultur saat ini difokuskan pada
pemecahan masalah tersebut. Salah satu tehnologi terbaru dalam meningkatkan
produksi ikan termasuk ikan lele adalah Sistem Budidaya Lele dengan Biofloc.
Teknologi Budidaya Lele Biofloc pada dasarnya adalah pemanfaatan bakteri pembentuk floc (Flocs Forming Bacteria) untuk pengolahan
limbah.
Widyawisata Ke Kolam Lele Biofloc KMP Purwomartani Sleman |
Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam
mengalasi masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik
pengolahan limbah domestik secara konvensional. Prinsip utama yang diterapkan
dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang didasarkan pada
kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang
terdapat di dalam air.
Biofloc merupakan flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun
dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air.
Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
yang membentuk flok. Aplikasi BFT (Bio
Floc Technology) banyak diaplikasikan disistem pengolahan air limbah
industri dan mulai diterapkan di sistem pengolahan air media akuakultur.
Mengenal Istilah Biofloc
Biofloc berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Floc
“gumpalan”. Sehingga biofloc dapat diartikan sebagai bahan organik hidup yang
menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan tersebut terdiri dari berbagai
mikroorganisme air termasuk bakteri,
algae, fungi, protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan
organisme lain yang tersuspensi dengan detritus. Ada yang bilang bahwa biofloc
adalah suatu bentuk ikatan oleh mikroorganisme pada saat tumbuh dimana
aktivitas pengikatan ini tergantung pada jenis mikroorganismenya.
Lokasi Kolam Lele Biofloc |
Bioflok atau Flok merupakan istilah bahasa slang dari istilah bahasa baku “Activated
Sludge” (“Lumpur Aktif”) yang diadopsi dari proses pengolahan biologis air
limbah (biological waste water treatment ).
Investigasi pertama terhadap penerapan Biofloc/activated
sludge adalah sejak tahun 1941 pada pengolahan air limbah di Amerika. Hal
ini dilakukan untuk mensubtitusi penggunaan plankton pada tahap treatment
biologi yang dinilai lamban dalam uptake
nutrien dan oksidasi nitrogen (ammonia, nitrit ) serta ketidakstabilannya
dalam proses pengolahannya. Penerapan BFT ( Bio
Floc Technology ) mulai digunakan menggantikan sistem RAS ( Recirculating Aquaculture System ) yang
menggunakan pengenceran air yang banyak untuk pengenceran plankton.
Sistem biofloc dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok
terdapat proses siklus “auto pemurnian air” (self purifier) yang akan merubah
sisa pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa
yang tidak berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit
penyakit dari luar dapat diminimalkan. Sistem biofloc lebih stabil dibandingkan
dengan system probiotik biasa dikarenakan biofloc merupakan bakteri yang tidak
berdiri sendiri, melainkan berbentuk floc atau kumpulan beberapa bakteri
pembentuk floc yang saling bersinergi. Sedangkan system probiotik biasa bakteri
yang ada dikolam merupakan sel-sel bakteri yang berdiri sendiri secara terpisah
di air, sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain
maka bakteri akan cepat kolaps.
Penggunaan
Bakteri Pada Sistem Bioflok
Tidak semua jenis bakteri dapat membentuk bioflocs dalam air,
seperti dari genera Bacillus hanya dua spesies yang mampu membentuk bioflocs.
Salah satu ciri khas bakteri pembentuk bioflocs adalah kemampuannya untuk
mensintesa senyawa Poli hidroksi alkanoat ( PHA ), terutama yang spesifik
seperti poli β‐hidroksi butirat. Senyawa
ini diperlukan sebagai bahan polimer untuk pembentukan ikatan polimer antara
substansi substansi pembentuk bioflocs. Bioflocs terdiri atas partikel
serat organik yang kaya akan selulosa, partikel anorganik berupa kristal garam
kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri, protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan
zooplankton.
Bakteri yang mampu membentuk bioflocs diantaranya adalah :
-
Zooglea ramigera
-
Escherichia intermedia
-
Paracolobacterium aerogenoids
-
Bacillus subtilis
-
Bacillus cereus
-
Flavobacterium
-
Pseudomonas alcaligenes
-
Sphaerotillus natans
-
Tetrad dan Tricoda
Pemantauan Perkembangan Lele Biofloc |
Indikator Keberhasilan Pembentukan Biofloc
Biofloc terbentuk, jika secara visual di dapat warna air kolam
coklat muda (krem) berupa gumpalan yang bergerak bersama arus air. pH air
cenderung di kisaran 7 (7,2-7,8) dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil
rentangnya kecil yaitu (0,02-0,2). Mulai terjadi penaikan dan penurunan yang
dinamis nilai NH4+, ion NO2‐ dan ion NO3‐ sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi dan
Denitrifikasi. Untuk 30 hari pertama budidaya/ Day Of Culture (DOC) merupakan masa krusial bagi tahap pembentukan
Bioflocs. Penerapan “minimal water exchange”/Penggantian
Air yang minimal, pada fase ini sangat menentukan. Lebih baik menghindari
penggantian air dalam jumlah besar pada masa ini. Penambahan air hanya untuk
penggantian susut karena penguapan dan perembesan saja. Atau menambah secara
perlahan ketinggian air dari awal tebar 120 cm menjadi 150 cm secara
bertahap selama 30 hari.
Hal-hal yang perlu
Diperhatikan dalam Sistem Biofloc
- Bahan
organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan selalu teraduk.
- Nitrogen
disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat dimakan langsung oleh udang
dan ikan.
- Perlu
disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) secara kontinue
atau sesuai dgn amonia dalam air • Oksigen harus cukup serta alkalinitas
dan pH harus terus dijaga
Kelebihan Sistim Bioflok
1.
pH relatif stabil pH 7 - pH 7,8
2.
pH nya cenderung rendah, sehingga
kandungan amoniak (NH3) relatif kecil.
3.
Tidak tergantung pada sinar matahari
dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah.
4.
Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air)
sehingga biosecurity (keamanan) terjaga.
5.
Limbah kolam (kotoran, algae, sisa
pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi
6. Lebih
ramah lingkungan.
Kekurangan Sistim Bioflok
- Tidak
bisa diterapkan pada kolam yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit
pergantian air.
- Memerlukan
peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen.
- Aerasi
harus hidup terus (24 jam/hari).
- Pengamatan
harus lebih jeli dan sering muncul kasus Nitrit dan Amonia.
- Bila
aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko
munculnya H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.
- Kurang
cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar
padat (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE).
- Bila
terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis
oksigen (BOD tinggi).
- Untuk
itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur. Bila telah
mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan
diturunkan.
Pemantauan Perkembangan Ikan Lele Biofloc |
Pengembangan Lele Biofloc di Kabupaten
Temanggung.
Pengembangan Budidaya Lele model ini diharapkan
bisa meningkatkan pengelolaan potensi perikanan ikan air tawar di Kabupaten
Temanggung termasuk ikan lele. Diharapkan juga kesukaan masyarakat terhadap
konsumsi ikan bisa meningkat karena adanya sistem budidaya bio floc menjadi
alasan tepat untuk memulai alternatif pengembangan budidaya lele model ini.
Karena pengembangan model ini akan mempercepat perkembangan budidaya ikan lele.
Sehingga diharapkan konsumen/pembeli akan lebih mudah mendapatkan hasil
produksi secara kontinyu dan sesuai kebutuhan. Kedepannya bisa tercipta menjadi
satu kawasan budidaya perikanan yang terintegrasi dan diharapkan nantinya akan
memicu pergerakan ekonomi lokal. Apalagi dengan pengenalan lele sistem bioflok
ini akan turut mendongkrak citra ikan
lele yang mulai disukai masyarakat karena menggunakan sistem yang ramah
lingkungan dan lebih higienis.
Dalam rangka mendukung realisasi pengembangan
lele bioflok di Kabupaten ini Bidang Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan
melalui Dana Alokasi Khusus dan dari Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan
melakukan upaya pemberian dukungan usaha pengembangan Lele Biofloc ini sejak
tahun 2017. Dukungan pengembangan usaha lele bioflok berupa Paket Pembuatan Kolam Bundar Lele Biofloc, Penutup/green
house, Benih Ikan Lele dan Pakannya serta Sarana dan Prasarana Pendukung
Budidaya Lele Biofloc seperti Timbangan, probiotik dan Garam Krosok. Bahkan ada
juga yang difasilitasi dengan dukungan peralatan pembuatan pakan mandiri.
Berikut daftar nama beberapa Kelompok
Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Instansi yang telah menerima dan menerapkan
Program Lele Biofloc disekitar Kabupaten Temanggung. Walaupun masih pada tahap
belajar dan perlu pendampingan lebih lanjut dari Instansi Terkait dan Para
Penyuluh Perikanan.
No
|
Institusi/Kelompok Pengelola
|
Alamat
|
Tahun Perolehan
|
1
|
Ponpes Darul Muttaqin
|
Bolong- Ngaditirto - Selopampang
|
2017
|
2
|
Ponpes Anwarush Sholihin
|
Prapak - Kranggan
|
2017
|
3
|
Mina Gemilang
|
Wonokerso – Tembarak
|
2018
|
4
|
Adi Mina
|
Pendowo – Kranggan
|
2018
|
5
|
Mina Ngudi Rejeki
|
Klepu - Pringsurat
|
2018
|
6
|
Mina Akur Sari
|
Muntung – Candiroto
|
2018
|
7
|
Mina Baabus Salam
|
Campursalam – Parakan
|
2018
|
8
|
Mina Sumber Rejeki
|
Caturanom – Parakan
|
2018
|
Penyuluhan Perikanan di Kolam Lele Biofloc DAK Disnakan Temanggung Tahun 2018 |
Fasilitasi dan Pengembangan sistem budidaya
lele biofloc ini diharapkan akan menjadi faktor pengungkit ekonomi masyarakat di
Temanggung. Diharapkan juga sistem model ini bisa menyokong ketahanan pangan
masyarakat melalui peningkatan konsumsi ikan. Karena saat ini tingkat konsumsi
ikan masyarakat di Kabupaten Temanggung pada Tahun 2017 masih tergolong rendah
yang berkisar 19,7 kg/kapita/tahun. Tingkat Konsumsi Ikan ini berada dibawah
Propinsi yang pada tahun 2017 sudah mencapai 26,71 kg/kapita/tahun dan jauh
ketinggalan dari Tingkat Konsumsi Ikan Nasional yang sudah berkisar pada 47
kg/kapita/tahun. Semoga dengan sistem ini diharapkan bisa semakin membuat
masyarakat Temanggung senang dan hobby mengkonsumsi Ikan. Sehingga efek
kedepannya bisa meningkatkan kesehatan dan kecerdasan generasi kita dengan
banyak mengkonsumsi ikan. Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apabila ada yang kurang jelas Silahkan tulis komentar anda....
Silahkan Baca Artikel saya secara Lengkap sampai kebawah .....
Maaf sementara kami belum bisa memenuhi pesanan Bibit Belut dll